Konferensi Tingkat Tinggi Dunia Creative Commons 2017 - Hari Ketiga

Hilman Fathoni
800px-Logo_Creative_Commons_Global_Summit_2017.png
Logo Creative Commons Global Summit 2017.

Hari ketiga Konferensi merupakan hari terakhir dari rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi Dunia Creative Commons 2017. Untuk mengawali hari itu, perwakilan CCID mengikuti sesi “Developing a Vision for CC’s Legal Initiatives: What’s critical and Exploring Paths for Collaboration Across the Network” yang difasilitasi oleh Diane Peters & Alek Tarkowski. Pada sesi ini peserta dibagi ke beberapa kelompok sesuai dengan tempat mereka saling berhadapan. Kemudian peserta diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menentukan isu terpenting yang perlu segera ditanggulangi oleh tim legal CC HQ. Salah seorang peserta dari Jerman mengeluhkan bagaimana beberapa Pencipta di Jerman menggunakan kewajiban atribusi sebagai celah untuk melakukan pemerasan melalui pelaporan pelanggaran hak cipta. Peserta tersebut menyarankan dibuatnya tambahan ketentuan terkait kewajiban atribusi agar dapat menghapus celah pemerasan yang dapat dilakukan oleh Pencipta-Pencipta tersebut.

Seusai istirahat selama 30 menit, peserta kemudian berkumpul di Soco Ballroom untuk mengikuti sesi “How to Make Good on the Creative Commons Promise?” yang dipimpin oleh Charles M. Roslof. Dalam sesi ini Charles mengungkapkan bahwa janji Creative Commons sebagai lisensi yang dapat melindungi hak cipta Pencipta atau Pemegang Hak Cipta belum berjalan secara ideal. Charles kemudian mengajak pesera untuk memberikan pendapat-pendapat terkait pemenuhan janji yang harus segera ditepati oleh Creative Commons ini. Disepakati bahwa masalah yang paling sering muncul adalah kelalaian pengguna ciptaan dalam memberikan atribusi terhadap ciptaan yang digunakan. Peserta sesi dibagi ke beberapa kelompok sesuai dengan tempat duduk mereka untuk mengumpulkan usulan berupa solusi atas permasalahan ini. Perwakilan CCID berada dalam satu kelompok dengan Aristarik Hubert Maro (CC Tanzania) dan Shivi (Learning Equality). Kelompok kami menyepakati bahwa permasalahan ini sebenarnya bukan merupakan permasalahan global, karena sebagai bukan warga negara maju, hal-hal ini belum menjadi masalah genting di negara kami. Namun, pada akhri diskusi kami menyepakati kalau hal ini penting karena konsep berbagi secara daring menghadapkan Pencipta dan Ciptaannya terhadap potensi penggunaan secara global, maka penekanan terkait ketaatan terhadap kewajiban atribusi kepada pengguna tetap menjadi hal penting yang layak untuk ditegakkan.

day 3 keynote.jpg
Pidato oleh Hillary Hartley. Foto oleh Sebastiaan ter Burg/CC BY.

Kemudian, peserta disuguhi dengan sajian keynote dua kali berturut-turut sebelum makan siang. Keynote pertama disajikan dalam format talkshow dengan bintang tamu Ana Garzón Sabogal dengan panduan María Juliana. Anna adalah seorang pendidik yang aktif mengkampanyekan budaya bebas di Kolombia. Ia menceritakan tentang kontribusinya dalam memberikan advokasi keterbukaan melalui klub bercerita dan pembangunan koalisi di daerah-daerah bekas konflik Kolombia. Sesi Keynote selanjutnya diisi oleh Hillary Hartley, Kepala Bagian Komunikasi dan Informasi Pemerintah Daerah Ontario. Ia menceritakan kembali pengalamannya ketika bekerja bersama “18f”, memimpin sejumlah pekerja dalam sebuah proyek pembangunan pelayanan pemerintahan berbasis internet di Amerika Serikat. Hillary mengingatkan kepada peserta bahwa ketentuan keterbukaan di pemerintahan dapat memberikan dampak sosial yang besar dalam kehidupan bermasyarakat.

Setelah makan siang, perwakilan CCID ikut serta dalam sesi yang dipimpin oleh Paul Stacey dengan judul “A Platform for Big Thinking About the Future of the Commons”. Dalam sesi ini Paul memberi peserta sticky notes dalam 3 warna . Paul juga menempel tiga kertas besar di dinding kelas yang warnanya sama dengan ketiga sticky notes yang dibagikan pada peserta. Kemudian, peserta diinstruksikan untuk menuliskan ide-ide terkait pembangunan komunitas di stiky notes berwarna oranye, model bisnis terbuka di sticky notes berwarna kuning, dan pemanfaatan teknologi di sticky notes berwarna hijau. Setelah peserta tuntas menuliskan ide-idenya, mereka kemudian dikumpulkan di depan kelas untuk saling menukar kertas-kertas tersebut, mendiskusikannya, dan memberikan skor pada ide-ide yang ada di kertas. Kemudian, Paul memberikan perintah pada peserta yang memegang kertas ide dengan skor tertinggi untuk ditempelkan di tiga kertas besar sesuai dengan warnannya. Paling tidak ada tiga ide yang ditempelkan di masing-masing kertas besar. Peserta kemudian diinstruksikan untuk memberikan stiker berwarna merah pada ide yang tidak dapat dilaksanakan sekarang, stiker warna hijau untuk ide yang paling mungkin dilakukan sekarang, dan stiker kuning untuk yang dilakukan setelahnya. Selain untuk menarik ide-ide dari para peserta untuk disampaikan ke CCGN, Paul juga ingin memperkenalkan model pencarian ide bernama Game of Big Thinking ini kepada peserta agar dapat dimanfaatkan juga dalam forum-forum jajak pendapat yang mereka lakukan di negara mereka masing-masing.

Setelah diselingi dengan istirahat selama tiga puluh menit, seluruh peserta kembali dikumpulkan di Soco Ballroom untuk mengikuti upacara penutupan. Pidato penutupan Konferensi ini dipimpin oleh Ryan Merkley. Sebelum Konferensi resmi ditutup, Ryan memberikan kejutan berupa satu buket bunga kepada Alison Pearce yang telah mengabdikan waktunay selama tiga hari sebagai koordinator Konferensi kali ini. Selain itu, Ryan juga memberikan kesempatan kepada Communia untuk mengingatkan para peserta lagi untuk mendukung usaha mereka menghadirkan rezim hak cipta yang ramah terhadap pendidikan di Eropa. Ryan menutup Konferensi dengan memberikan instruksi secara berurutan kepada panitia Konferensi, pekerja CC HQ, afiliasi, dan semua peserta untuk berdiri dan memberikan tepuk tangan atas kontribusi yang mereka berikan hingga saat ini.