Konferensi UNESCO Pembelajaran Sepanjang Hayat Inklusif: CCID Berbagi Pengalaman Sumber Pembelajaran Terbuka

Fitriayu Penyalai

UNESCO Institute for Lifelong Learning (UIL) dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Republik Indonesia menyelenggarakan Konferensi Pembelajaran Sepanjang Hayat Inklusif di Nusa Dua, Bali. Konferensi ini dibangun berdasarkan hasil Konferensi Internasional ke-7 tentang Pendidikan Orang Dewasa, khususnya Kerangka Aksi Marrakech 2022, yang telah menginspirasi para pemimpin dunia untuk berjanji meningkatkan partisipasi orang dewasa dalam pembelajaran dan menyadari kebutuhan mendesak untuk investasi yang lebih besar dalam pembelajaran dan pendidikan mereka.

Dengan menghadirkan 300 peserta dari seluruh dunia, konferensi ini bertujuan mendukung hak atas pendidikan sepanjang hayat serta mendiskusikan strategi dan tindakan untuk membuat pembelajaran sepanjang hayat lebih inklusif di ASEAN dan negara-negara lainnya. Konferensi ini diharapkan menjadi platform untuk berdiskusi di antara peserta, menyelami strategi dan tindakan yang akan membuka jalan bagi pembelajaran seumur hidup yang lebih inklusif bagi semua orang.

Konferensi berlangsung pada tanggal 3 sampai 6 Juli 2023 dengan tema yang berbeda di setiap harinya, mencakup pemajuan pembelajaran orang dewasa, mewujudkan pembelajaran yang inklusif, dan mengimplementasikan peluang pembelajaran untuk semua orang. Acara ditutup dengan perjalanan wisata budaya sebagai penutup yang menarik.

Pada kesempatan ini Creative Commons Indonesia (CCID) diundang sebagai salah satu pembicara di hari pertama pada sesi diskusi paralel yang berjudul mengajar orang dewasa di era digitalisasi. Fitriayu Penyalai mewakili CCID membagikan pengalaman terkait aktivitas yang telah dilakukan oleh CCID mempromosikan dan memperkuat Sumber Pembelajaran Terbuka (SPT) untuk pendidik di era digitalisasi. Seperti mempromosikan SPT dengan membuat berbagai macam materi pendidikan, mengadakan lokakarya daring dan luring di berbagai kota, dan mengadakan pelatihan daring. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan proyek Adicita yang sudah berjalan sejak tahun 2022.

Dalam paparannya, Fitriayu menjelaskan terkait proyek Adicita diinisiasi pada saat Covid-19 melanda yang memaksa pendidik menciptakan materi pengajaran digital, menyebabkan masalah pelanggaran hak cipta karena kurang pemahaman. Proyek Adicita bertujuan mengatasi masalah tersebut dengan meningkatkan kesadaran pendidik tentang lisensi terbuka, melatih mereka dalam menggunakan konten Creative Commons, dan menyediakan SPT dalam bahasa Indonesia untuk platform terbuka. Kegiatan yang dilakukan oleh CCID ini erat kaitannya dengan 5 area kompetensi digital untuk warga negara yakni pada area pembuatan konten digital khususnya terkait hak cipta dan lisensi.

Di akhir paparannya, Fitriayu menegaskan keterkaitan erat antara SPT dengan pembelajaran sepanjang hayat khususnya dalam mengajarkan orang dewasa di era digital, dimana SPT dapat secara inklusif dan berkelanjutan dalam menyediakan bahan ajar yang dapat diakses secara gratis oleh siapa saja dan dimana saja. Selain itu, terdapat pembicara lainnya yang turut berbagi pengalaman, seperti Dr. Wahyudi dari SEAMEO SEAMOLEC yang memaparkan “SEAMOLEC Initiatives on Teaching Adults in the Age of Digitalization” dan Jian Xi Teng, Spesialis Program Institut UNESCO untuk Pembelajaran Sepanjang Hayat yang memaparkan “Improving digital competencies of literacy educators”. Diskusi panel dimoderatori oleh Rakhat Zholdashalieva, Ketua Tim Institut UNESCO untuk Pembelajaran Sepanjang Hayat.

Seusai paparan dari ketiga pembicara usai, pada sesi tanya jawab CCID mendapatkan beberapa pertanyaan dari peserta seperti bagaimana membuat pelatihan SPT menjadi inklusif, bagaimana mengajak pendidik untuk membagikan bahan ajarnya, dan bagaimana cara mengklasifikasi karya SPT. Diskusi diakhir dengan foto bersama ketiga narasumber dan moderator. Acara ini memberi pengalaman dan inspirasi, serta memperluas jejaring. Sampai jumpa pada acara berikutnya!